Di setiap malam aku menangis menanti saat yang membahagiakan itu tiba. Dengan terulang tanya yang sama dalam benak "kaaapaaaan ituuu kapaaaan?" Tangis yang memecah dengan sunyi dan dinginnya angin malam itupun merasakan sepinya diri ini. Sepinya hati ini bahkan dukanya jiwa ini. Terkadang ditengah keramaianpun masih terasa sepi, mungkin rasa sepi itu mengalahkan rasa sedikit bahagiaku ditambahh juga Duka akan rasa sesal yang mendalam. Dan nestapa itu tak hilang bagai noda yang tak terhapus diiringi dengan keluh yang selalu keluar dari bibir ini.
Hmm.. ketika kualitas dan kuantitas ibadahku menurun, hanya membuat aku semakin rapuh layaknya kayu yang usang dan tua. Aku mulai jauh dengan kitab-Mu dan shalat malam-Mu.
Tapi sekarang aku yakin dengan tadarusku disertai dengan shalat disepertiga malam-Mu aku lakukan lagi hanya untuk Ridho-Mu dan agar hati ini semakin tenang dari apa yang membelengguku.
Tapi sekarang aku yakin dengan tadarusku disertai dengan shalat disepertiga malam-Mu aku lakukan lagi hanya untuk Ridho-Mu dan agar hati ini semakin tenang dari apa yang membelengguku.
Meski tak semuanya rasa yang membelengguku hilang, karena ku tahu itu tak mudah.
Dan apa lagi ketika saat itu tiba, dimana aku dihadapkan dengan beberapa pilihan.
Mungkin disaat itu aku bingung apa yang harus aku pilih.
Rasa bingung, gundah, dilema bahkan kalut yang membelenggu yang bisa melebihi apa yang aku rasakan sekarang.
Dan apa lagi ketika saat itu tiba, dimana aku dihadapkan dengan beberapa pilihan.
Mungkin disaat itu aku bingung apa yang harus aku pilih.
Rasa bingung, gundah, dilema bahkan kalut yang membelenggu yang bisa melebihi apa yang aku rasakan sekarang.
Tetapi bisakah aku memilih sendiri, tak mau memilih apapun. Aku tak ingin. Aku ingin begini adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar